Imam Shadiq As: seandainya Zaman itu aku alami maka seluruh hari dalam hidupku akan berkhidmat kepadanya (Imam Mahdi As
Sudut pengetahuan atau makrifah

Sudut pengetahuan atau makrifah

Lautan makna yang tak terbatas begitu juga dengan samudera pengetahuan ilahiah yang di sampaikan dalam bahasa lizan yang terbatas dapat kita temui pada kalam para makzumin As. Dengan merujuk pada perkataan yang tiada banding dari para makzumin As anda dapat masuk dalam lautan pengetahuan  dan dengan cahaya dari sinaran pengetahuan yang bersumber dari wahyu ilahi, anda dapat menyinari qalbu saudara dan dengan masuk kedalam taman pengetahuan Ahlul bait anda dapat memetik berbagai macam bunga pengetahuan Al-Quran yang berwarna-warni dari ilmu dan hikmah Ahlul bait As.

Sekarang kami akan  mengutip beberapa kata dari Imam-imam makzum As, sehingga kita dengan ,melakukan tadabbur dan perenungan yang mendalam terhadap kata-kata tersebut dapat memberikan syafaat di hati kita sehingga kesenangan dan kenikmatan maknawiah dapat meliputi sanubari kita. Imam Ali As bersabda: “ Qullu ma’rufin binafsihi maznuun “ artinya “ apa yang telah dikenal ia di buat oleh dirinya sendiri “[1] .

Imam Ali menyampaikan perkataan ini pada bahasan pengenalan ketauhidan, kata ini bersifat universal di mana kita dapat mengambil makna yang beragam darinya. Untuk penjelasannya kami mengatakan bahwa: apapun yang di kenal atau diketahui oleh manusia  ia masuk kedalam pikiran dan akal manusia itu sendiri dimana dalam penentuan sesuatu kita mengambil pahaman darinya dan ukuran pengetahuan atau pahaman kita juga ambil darinya seperti sebuah foto yang di ambil dari manusia, binatang atau pemandangan indah lainnya. Jika kamera yang digunakan semakin baik tentunya hasil yang di ambil akan semakin baik pula dan hasil dari gambar atau foto tersebut tentunya memberikan kualitas luar biasa. Akan tetapi apapun hasilnya tentunya itu adalah foto dan gambar dari sesuatu tersebut dan bukan sesuatu itu sendiri. Tentunya kita tidak dapat mengatakan bahwa foto atau gambar dari sesuatu tersebut adalah hakikat dari realitas tersebut, karena betapapun cantiknya hasil dari foto atau gambar tersebut ia tetap adalah foto atau gambar dari sesuatu dan bukan hakikat dari sesuatu tersebut.

Pada bahasan tentang makrifah pengenalan ilahi, para nabi dan imam-imam makzum As persoalan yang kami sebutkan diatas juga demikian, karena betapapun kita mencari dan memahami pengetahuan tentang Tuhan baik kebesarannya maupun kudratnya, dan betapa kita kemudian mengenal Ahlul bait dengan lebih baik hasilnya adalah bahwa kita mengenal mereka dengan hasil pengetahuan dan penalaran terbatas yang kita miliki  untuk itu pengetahuan kita akan sangat bergantung dengan kemampuan dari batas keberadaan yang kita miliki dan pada kenyataanya hal ini merupakan  batasan dari pahaman dan penalaran manusia.[2]

 Agar supaya ilmu pengetahuan yang kita miliki semakin sempurna dan lebih baik begitu juga dengan apa yang kita pahami dan kita ketahui, hendaklah kita membangun dan melatih pengetahuan tersebut dengan mendekati hakikat dan kenyataan itu sendiri. Kita harus belajar akidah pengetahuan dari Ahlul bait As dengan menggunakan kata-kata yang meniupkan ruh kehidupan pada kalbu kita dari riwayat-riwayat Ahlul bait As dalam mencari hakikat realitas yang sesungguhnya dan menyerahkan diri kita pada apa yang mereka sampaikan meskipun hal tersebut tidak sepadan dengan tingkat pengetahuan yang kita miliki hingga cermin hati yang kita miliki terhidayai oleh mereka karena kalau tidak diri kita akan tertarik pada kegelapan dan kesesatan.

Dengan mengetahui pengetahuan Ahlul bait As dan berserah diri dengan apa yang mereka sampaikan akan memberikan syafaat kepada jiwa kita dan menyinari sistem otomatis dari pengetahuan yang kita miliki, dan ketika hal ini menyempurna maka segenap pengetahuan-pengetahuan yang tidak benar yang kita miliki sejak kecil bahkan sejak bayi dari yang di sebabkan oleh gen keturunan yang mengalir di dalam diri kita akan di bersihkan dengan pengetahuan dan makrifah kepada Ahlul Bait As.  

 


[1] Nahjul balagha, khutbah 227.

[2] Syeikh Bahai, Al-Arbauna Hadisan, hal 81, hadis dari imam Baqir As.

 

    Mengunjungi : 2427
    Pengunjung hari ini : 49848
    Total Pengunjung : 72005
    Total Pengunjung : 129248114
    Total Pengunjung : 89764279