Imam Shadiq As: seandainya Zaman itu aku alami maka seluruh hari dalam hidupku akan berkhidmat kepadanya (Imam Mahdi As
(74) Istikharah Pertama

(74)

الإستخارة الاُولى

رأيت في بعض الكتب القديمة : هذه الإستخارة منسوبة إلى ‏مولانا صاحب الأمر صلوات اللَّه عليه :

   ابتدء بقرائة سورة الفاتحة حتّى تصل إلى قوله تعالى «إِهْدِنَا الصِّراطَ المُسْتَقيمَ» ، وبعد قرائة هذه الآية صلّ على النبيّ وآله الأطهار ثلاث مرّات ، وقل ثلاث مرّات : «يا مَنْ يَعْلَمُ إِهْدِ مَنْ لايَعْلَمُ» ، فاقبض على‏ السبحة ، ويعدّ القبضة ، فإن كان الباقي فرداً فالعمل خيرٌ وافعله ، وإن كان‏ زوجاً فلاتفعله . وإن شئت أن تعلم نهاية حسن العمل وعدمها فاستخر ثانياً بقصد ترك العمل فإن كان في الإستخارة لأصل العمل أمرٌ وكان في‏ الإستخارة في المرتبة الثانية نهيٌ فالعمل في نهاية الحسن ، وإن كان في ‏تركه أيضاً أمرٌ فترك العمل وفعله سواءٌ .

   وكذلك إن كان في الإستخارة لأصل العمل نهي وكان لتركه أمر ، فلابدّ أن يترك العمل جدّاً ، وإن كان في تركه أيضاً نهي فالعمل لايكون ‏منهيّاً عنه بشدّة السابق .

 


 

(74)

Istikharah  Pertama

Sayyid Ali Ibn Thawus berkata :

Salah satu doa yang kuperoleh dari Rasulullah  Saw dan para Imam Maksum as tentang istikharah, adalah doa yang di dalamnya terdapat inayah dan perhatian mereka as. Dalam doa tersebut, terlantun shalawat dan kemulian. Sehingga kudapati istikharah ini menjadi rahasia Tuhan yang diajarkan kepada Rasulullah Saw pada malam mi’raj, sebagai rahasia paling penting.  Doa istikharah adalah perintah terakhir dari Maulana Imam Mahdi af. Inilah dalil yang memadai bagi para urafa.[1]

Dalam sebagian buku-buku klasik, disebutkan bahwa doa istikharah juga dinisbahkan kepada Imam Mahdi as.  Adapun caranya sebagai berikut: Membaca permulaan surah al-Fatihah sampai Ihdina as-Shirat al-Mustaqim, setelah itu kirimkanlah shalawat    sebanyak    tiga    kali,    lalu    ucapkanlah sebanyak tiga kali ya man ya’lam ihdi man la ya’lam (wahai yang mengetahui, bimbinglah bagi yang tidak mengetahui). Kemudian ambillah tasbih dan hitunglah satu per satu, apabila bilangannya ganjil, hal itu menandakan baik. Apabila genap berarti kurang baik, jangan dikerjakan. Bila hendak beristikharah suatu kebutuhan baik atau sebaliknya, setelah istikharah di atas, beristikharahlah yang lain dengan niat meninggalkan pekerjaan yang dimaksudkan. Hasilnya, bila sesuatu tersebut asalnya baik, maka pada istikharah kedua yang dilakukan dengan niat meninggalkannya juga ternyata negatif (yakni yang muncul adalah bilangan genap). Maka hal ini menunjukan bahwa pekerjaan tersebut  baik. Apabila dalam niat meninggalkannya juga diketahui bahwa mengerjakan atau meninggalkannya sama saja. Dari satu sisi, bila istikharah untuk sesuatu yang pada asalnya adalah buruk, dan  istikharah untuk meninggalkan sesuatu yang baik, sesuatu itu harus ditinggalkan dan dipertimbangkan kembali secara sungguh-sungguh. Tapi, jika mengerjakan atau meninggalkan keduanya buruk, maka melakukannya pun buruk. Hal ini tidak seperti istikharah sebelumnya. 

____________________________________

[1] Fath al-Abwab hal.192

 

    Mengunjungi : 2131
    Pengunjung hari ini : 58357
    Total Pengunjung : 180834
    Total Pengunjung : 141763092
    Total Pengunjung : 97751064