Imam Shadiq As: seandainya Zaman itu aku alami maka seluruh hari dalam hidupku akan berkhidmat kepadanya (Imam Mahdi As
Kunci Berbagai Kesuksesan

Kunci Berbagai Kesuksesan

Barangkali ada yag mengatakan bahwa bagaimana mungkin Syekh  almarhum syeih anshari setiap meminta izin untuk menemi imam Zaman af., bisa mencapai rumah beliau as.

Dengan membaca jiyarah jamiah dan izin kedua dari beliau, untuk memasuki rumah imam yang mulia dengan mengatakannya ? Bagaimana Ia berhasil menempuh kedudukan mulia ini. Walaupun,  muridnya yang juga melihat rumah tersebut, namun ia tidak mendapatkan kehormatan untuk menemui imam Zaman af.

Syeikh berkata kepada para muridnya : kamu tidak akan bisa  melihat rumah itu lagi !

Inilah persoalan penting yang membutuhkan jawaban logis. Namun, sebagian orang menyodorkan jawaban  instan. Menghadapi jawaban demikian, sebagaimana dikatakan: Tuhan menginginkan demikian atau Tuhan bagi sebagian orang – audzubillah – merupakan kaumnya dan tidak ada kaitannya dengan amal dan keinginan manusia !

Jawaban demikian tidak benar, hanya sekedar melepaskan tanggung jawab begitu saja. Oleh karena itu, tidak logis dan tidak bisa membimbing siapa pun. Dalam menjawab persoalan tersebut, dengan  memperhatikan pandangan keluarga wahyu- dikatakan:

Tuhan yang maha penyayang mengajak manusia menuju kesempurnaan maknawi dan spiritual. Selain itu, mengajak secara umum kepada siapa saja yang berada di jalan ini, yang akan mendapatkan ganjaran dan pahala.

Sebagaimana tuan rumah menjamu tamu-tamunya  yang hadir dalam pertemuan tersebut, dijamu dengan sebaik-baiknya. Tuhan juga demikian, untuk kemajuan dan kesempurnaan dalam diri manusia, mereka diundang menuju kesempurnaan. Dalam al-Quran disebutkan,

والّذين جاهَدُوا فينا لنهْدِيَنَّهُم سُبُلَنا [1]

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami (Allah), benar-benar akan ditunjukan kepada meraka jalan-jalan Kami. 

Inilah kewajiban dari para tamu yang menjawab panggilan Tuhan, dan menginjakan kakinya di jalan kesempurnaan dan wahyu serta kemajuan spiritual.

Oleh karena itu, dalam diri manusia terdapat potensi untuk meraih kemajuan dan kesempurnaan. Namun dari impahan karunia ilahi ini, meraka membiarkan begitu saja dan tidak memanfaatkannya.  Seperti orang kaya yang berfikir  jangka pendek  untuk menyimpan uangnya. Semakin banyak yang ia simpan di bank pilihannya, semakin sulit ia menarik dan memepergunakan uang tersebut.  

Untuk mendapatkan taufik, harus melalui berbagai media. Sejumlah potensi yang ada harus dipergunakan dan menutupi sejumlah kekurangan sendiri hingga meraih tujuan besarnya.

Begitu banyak, orang yang secara substansi, memiliki potensi dan kesiapan mencapai kesempurnaan spiritual. Namun, ia tidak memperdulikan hal tersebut. Bagaimana pun potensi tersebut tidak akan pernah dipergunakan dan  akan berpindah dari dunia ini  untuk  dikebumikan.  Sebagaimana  orang kaya yang telah kita dikemukakan sebelumya, untuk melindungi uang tersebut, ia mengubur dan tidak memanfaatkannya. Bahkan, dirinya maupun keluarganya pun tidak mendapatkan manfaat dari kehadiran harta tersebut.

Untuk memperjelas bagaimana sebagian  orang yang memiliki potensi spiritual lebih baik dan kemampuan pemahaman yang memadai, namun tidak memperdulikannya.  Bagaimana hal tersebut diperoleh. Untuk itu, kami sajikan perkataan almarhum syeikh Hur Amili yang merupakan saah satu ulama syiah terkemuka. Beliau menuturkan,

Jelas kiranya melihat dan mendengar berbagai hal tersebut, secara mandiri bukan dengan mata dan telinga ataupun indera yang sejenis lainnya. Namun semua itu hanyalah media bagi ruh, yang dengannya bisa melihat, mendengar dan lainnya. Ketika ruh manusia tidak kuat, maka pendengaran dan penglihatannya terbatas dan bersyarat,  sebagaimana berbagai media materi yang berada pada keterbatasan khusus.

Oleh karena itu, hanya materilah yang dilihat dan tidak mampu memahami berbagai persoalan spiritual. Namun, jika ruh manusia dipupuk melalui berbagai  amal ibadah dangan menjalankan semua kewajiban dan menjauhi seluruh larangan dalam kerangka mendekatkan diri kepada Allah, maka ruh semakin kuat. Ketika ruh semkin kuat, kekuatan seseorang dalam memanfaatkan materi dan alam semakin besar. Oleh karena itu, dengan mata melihat berbagai hal yang tidak dilihat oleh yang lain, juga mendengar segala sesuatu yang tidak didengar oleh yang lain.       

Kekuatan seperti ini, terdapat pada orang-orang yang beraneka ragam. Sebagaimana mereka pun tidak setara di hadapan Tuhan. Barang siapa yang melalui ibadah dan mujahadahnya kepada Tuhan semakin dekat, maka keadaan spiritualnya pun semakin kuat pula. Begitu pula semakin kuat dalam memahami berbagai hal yang lain, dengan bantuan mata dan telinga atau sejenisnya. [2]

Dengan penjelasan ini, semakin jelaslah mengapa orang-orang seperti almarhum syeikh Anshari, bisa meraih anegerah mulia ini. Sementara orang lain tidak memilikinya dan penglihatan meraka tidak bisa menjangkau hal tersebut.

Memiliki keadaan penantian, bermakna sempurnanya hal tersebut. Pemahaman demikian, kami persembahkan sebagai kado buat Anda.

Mata batin  lebih melihat

 Apa yang tersembunyi, tampak jelas

Para penanti yang berjuang di jalan penantian, dengan meninggalkan berbagai kecenderungan hawa nafsu dan terbang menuju penyempurnaan spiritual, keluar dari belenggu nafs, sehingga magnet nafs tiada daya untuk menariknya.  Kita pun  ketika berlatih terus menerus keluar dari lingkaran hawa nafsu, seiring berjalannya waktu,  daya tarik nafs dan godaan setan tidak memiliki pengaruh berarti dalam diri.

Para pengikut ahlul Bait seperti Salman, keluar dari berbagai kecenderungan hawa nafsu dan meninggalkan berbagai keterkaitan serta keterikatan material. Maka, ia memiliki hubungan dengan alam ghaib. Wilayah dan kekuatan yang dimilki Salman, terbentuk ketika ia sudah keluar dari berbagai ketergantungan terhadap nafs dan ego dirinya yang telah dibunuh. Namun sebaliknya, ia menghidupkan kecenderungan terhadap amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, yang mengalahkan kecenderungan pribadinya. Oleh karena itu, ia mendapatkan manfaat dari kekuatan ghaib yang dimilikinya.

 


[1] Qs. Al-Ankabut:69

[2] Lihat. Fawaid  al-Thusiah almarhum Syeikh Hur Amili hal. 82.

 

    Mengunjungi : 11316
    Pengunjung hari ini : 0
    Total Pengunjung : 43036
    Total Pengunjung : 128993214
    Total Pengunjung : 89586606