Imam Shadiq As: seandainya Zaman itu aku alami maka seluruh hari dalam hidupku akan berkhidmat kepadanya (Imam Mahdi As
Tafakkur atau berpikir adalah cara untuk mendapatkan pandangan dan intuisi

Tafakkur atau berpikir adalah cara untuk

mendapatkan pandangan dan intuisi

Jika manusia berpikir tentang akhir dari pekerjaan atau perbuatan yang ia lakukan maka ia tidak akan terjatuh pada keputusasaan sifat yang pesimis terhadap apa yang akan menimpanya kelak. Imam Ali As dalam sebuah riwayat mengatakan : jika sebelumnya engkau telah memikirkan akibat dari apa yang engkau telah lakukan maka akhir dari setiap pekerjaanmu adalah kebaikan[1].

Karena berpikir akan setiap pekerjaan akan menyebabkan jelasnya pandangan dari pekerjaan yang akan kita lakukan. Para wali-wali Allah adalah orang-orang besar, dan mereka yang memperoleh nikmat kedekatan atau taqarrub kepada Allah Swt adalah mereka yang mendapatkan kenikmatan dan anugrah dari Ahlul bait As.

Mereka yang telah meminum air dari mata air wilayah telah meminum air kehidupan, mereka yang telah memperoleh manfaat dari cahaya ahlul bait As dan hati mereka tersinari dengan cahaya makrifah pengetahuan Ahlul Bait As semuanya telah berhadapan dengan kekuatan kebesaran berpikir di mana hal ini merupakan nikmat Allah yang paling besar yang di berikan kepada  manusia, dan memiliki hal ini mewujudkan pandangan dan bashirah kepada manusia itu sendiri. Pengenalan, pengetahuan, hidayah, pandangan yang jelas, dan pengetahuan akan hakikat yang di perintahkan hanya dapat terwujud dengan berpikir. Hal ini disampaikan oleh imam Ali As:Orang yang tidak memiliki pikiran tidaklah memiliki pandangan yang jelas ( bashirah ) “[2]. Dia tidak memiliki pandangan yang jelas, ia memiliki hati yang gelap, dan tidak terdapat cahaya nurani sama sekali.

Dengan demikian berpikir dapat menghilangkan dan membersihkan debu dan kotoran dalam hati manusia, ia dapat memberikan syafaat pada hati dan kalbu manusia dan mengubahnya menjadi bashirah dan bercahaya.

Sebagaimana Al-Hur (Ra) di karenakan pikiran yang ia miliki akan Sayyidah Fatimah Az-Zahra As, dia kemudian berpikir bahwa akhir dari peperangan dengan Imam Husain As. Di karenakan oleh penghormatan yang ia miliki kepada Siddiqah Al-Kubra As menjadikan dirinya selamat dan menjadikannya sebagai bagian dari syuhada Karbala. Sementara dia sendiri berasal dari laskar Yazid ibnu Muawiyah dan di dalam tubuhnya mengalir darah dari harta haram yang telah ia makan, sesaat ia berpikir menjadikan dirinya lepas dari kemalangan dan kesengsaraan neraka hingga ia menjadi bagian dari syuhada Karbala.

Al-Hurr di karenakan oleh pikiran dan taffakur yang ada pada dirinya dari jawaban yang di berikan oleh imam Husain As dan mencegah dirinya dari berbuat kasar karena marah, menjadikan dirinya kecil dan memaksa dirinya untuk tawadhu. Berkesesuaian dengan hal ini Imam Ali As dalam Memberikan keteraturan dalam kehidupan manusia  beliau bersabda : “  Tinggalkanllah kekerasan dan berpikirlah akan hujjah dan dalil,  dan jaga dirimu dari berkata yang tidak benar sehingga engkau terjaga dari kesalahan[3].

Al-Hurr berbuat demikian di mana dia dengan pengetahuan dan pahaman yang ia miliki mengubah masa depannya secara mutlak, Al-Hurr memikirkan dengan baik akhir dari apa yang akan ia lakukan, sekiranya para penyembah dunia yang berkumpul di Tsaqifah  berpikir akan akhir dari pekerjaan yang mereka lakukan maka mereka tidak akan menutupi wajah cahaya dengan debu kesedihan. Tapi apa yang terjadi sangat di sayangkan..... sangat di sayangkan......

Imam Ali As bersabda : Orang yang berpikir maka ia akan mengetahui akhir dari apa yang ia lakukan[4].

Untuk mendatangkan pengetahuan dan pahaman jalan terbaik yang dapat di tempuh adalah dengan nasehat, pesan dan hikmah pada nafs atau diri manusia. Pandangan yang jelas dan pahaman yang jernih adalah bagian dari sifat yang dimiliki oleh insan-insan malakuti dan jalan terbaik untuk mendatangkan hal ini adalah dengan cara berpikir. Orang-orang besar dengan berpikir tentang sosial kemasyarakatan dan individu dalam dalam sebuah lingkup masyarakat dapat memahami kondisi dan apa yang sedang terjadi pada masyarakat itu sendiri.

Di riwayatkan dari imam Ali As bahawa : “ Orang yang berpikir panjang maka pahaman dan bashirahnya  adalah kebaikan “[5]. Karena berpikir ketika tidak tercampuri dengan naluri-naluri atau keinginan pribadi sama dengan sebuah cermin yang bersih yang memperlihatkan sebuah hakikat. Imam Ali As dalam sebuah riwayat yang lain mengatakan : Berpikir adalah cermin yang bersih[6]. Ketika pikiran manusia sama dengan cermin yang bersih dan bercahaya maka ia akan menunjukkan hakikat dan kenyataan kepada anda.

 


[1] Syarah Ghurarul Hikam, jilid 3, hal 162.

[2] Syarah Ghurarul Hikam, jilid 6, hal 401.

[3]  Syarah Ghurarul Hikam, jilid 4, hal 19.

[4] Syarah Ghurarul Hikam, jilid 5, hal 324.

[5] Syarah Ghurarul Hikam, jilid 5, hal 272.

[6] Syeikh Thusi, Al-amaali, jilid 1 hal 114, Biharul Anwar, jilid 77, hal 403.

 

 

    Mengunjungi : 3372
    Pengunjung hari ini : 0
    Total Pengunjung : 62571
    Total Pengunjung : 130601353
    Total Pengunjung : 90537968