Pertanyaan tentang hadis nomor 53 dari kitab Alqatrah
Dari bapak Hasan … ke lembaga ilmiah al-monji
Pertanyaan: Terkait dengan hadis no ke 53 (pada terjemahan kitab Al-Qatrah), sebagian beranggapan bahwa riwayat ini dari sisi isi (matan) riwayat begitu juga dengan sanad dari riwayat tersebut tidak memiliki kredibilitas. Bagaimana pendapat anda terkait dengan kritikan yang muncul dari hadis ini. Terimah kasih banyak. Matan hadis sebagai berikut: dalam kitab al-kafi hadis ke 53/ 770, di tuliskan bahwa Ja’far ibnu mutsanna bahwa ia berkata: pada satu waktu saya berada di madinah tepatnya di masjid nabawi di dekat kuburan rasulullah Saw di mana atap dari tempat tersebut hampir runtuh, para pekerja sedang naik turun untuk memperbaiki tempat tersebut. Saya bersama rombongan yang berada di situ berkata ke beberapa orang dekat; siapa di antara kalian yang berjanji untuk bertemu dengan Imam Ja’far Shadiq As? Mehran ibnu abi Nasr berkata: saya, Ismail ibnu ammar shairafi berkata : saya juga ( berjanji untuk bertemu beliau). Kami berkata kepada kedua orang tersebut: bertanyalah kepada Imam Ja’far Shadiq As; apakah naik ke atap kuburan nabi Saw adalah di bolehkan sementara kami berziarah kepada nabi Saw? Ketika keesokan harinya tiba, saya bertemu kedua orang tersebut dan berkumpul bersama mereka. Ismail berkata; apa yang engkau katakan sebelumnya telah saya tanyakan kepada Imam As, beliau bersabda: saya sama sekali tidak menyukai setiap dari mereka yang naik di atas kuburan nabi Saw dan saya tidak beriman kepada mereka dari apa yang mereka saksikan dan kehilangan cahaya penglihatan mereka, apakah mereka melihat beliau dalam keadaan salat ataukah beliau bersama dengan sebagian dari istri-istri beliau.
Jawaban:
Riwayat ini di kutip dari Al-Marhum ayatullah Mustanbit, sebagaimana hal ini juga di riwayatkan oleh para ulama-ulama hadis seperti Al-marhum Kulaini dan Allamah Majlisi pada kitab-kitab mereka sementara penukilan riwayat tersebut dari sisi sanad dan isi riwayat tidaklah memiliki kredibilitas. Tentunya penukilan riwayat yang dari sisi sanad dan isi tidak memiliki kredibilitas tidak lebih di karenakan riwayat tersebut mendapat perhatian khusus dari kedua ulama tersebut.
Penjelasan bahasan: salah satu sebab penting ulama-ulama hadis memasukkan riwayat-riwayat yang seperti ini dalam kitab-kitab hadis mereka, meskipun hanya satu hadis saja yang dari sisi sanad lemah, maka hal ini sama sekali tidak dapat menjadi sebuah alasan untuk tidak menukil riwayat tersebut. Sehingga hadis-hadis yang seperti ini di kutip pada kitab-kitab hadis dimana jika hadis-hadis lemah ini memiliki jumlah yang sangat banyak dan sampai pada tingkat tawatur maka dapat di jadikan alasan sebagai argumentasi dalam penggunaan riwayat tersebut.
Poin lain: bahwa terkadang sebuah riwayat menurut pendapat seorang alim di anggap lemah sementara pendapat ulama yang lain tidaklah demikian.
Bahasan penting yang harus kita perhatikan: sebagaimana yang anda ketahui bahwa musuh musuh islam sejak awal kedatangan islam tidaklah menolak untuk mengutip bahkan menulis hadis-hadis tersbeut bahkan mereka berusaha untuk menciptakan cerita dan takhayyul terkait dengan hadis-hadis tersebut. Di samping pembuatan hadis-hadis palsu yang di lakukan bahkan mereka juga melakukan pengkhianatan dengan memalsukan nilai-nilai hadis dan riwayat di mana cara-cara inilah yang menghilangkan kredibilitas sebuah riwayat seumpama pada bagian awal, pertengahan atau akhir sebuah riwayat sehingga menyebabkan orang lain ragu dan tidak lagi mempercayai riwayat-riwayat tersebut. Pada sisi yang lain mereka tidak menghapus sebuah riwayat tetapi menambahkan riwayat tersebut pada awal, pertengahan atau akhir sebuah riwayat dengan sesuatu yang lain.
Tentunya Ini adalah sebuah realitas di mana mazhab ahlul sunnah juga mengakui hal ini, sebagai contoh anda dapat merujuk ke buku “ Al-Adwau Ala Sunnatil Muhammadiah”. Pada buku ini tidak hanya menukil bukti-bukti isi riwayat bahkan orang-orang yang di nisbahkan melakukan penambahan atau pengurangan sebuah riwayat baik matan riwayat maupun sanadnya sebagaimana yang di nukil dalam syarah muslim.
Dengan memperhatikan persoalan-persoalan ini
maka kita tidak dapat tidak memberikan nilai terhadap sebuah riwayat hanya di karenakan kelemahan sanad maupun matan dari riwayat tersebut. Apalagi jika riwayat tersebut telah di ubah sanad dan matannya oleh musuh-musuh islam, kita dapat mengupulkan riwayat-riwayat tersebut untuk menyampaikannya pada tingkat tawatur ataukah matan riwayat yang tidak lengkap di sempurnakan dengan riwayat yang lain dan sama sekali tidak beranggapan bahwa riwayat tersebut secara mutlak adalah batil dan sama sekali tidak menukilkan riwayat-riwayat tersebut.
Akhirnya riwayat seperti yang di nukil di atas dapat kami jelaskan sebagai berikut:
Pada masa meninggalnya Rasulullah Saw naik ke atap kuburan nabi Saw meskipun untuk berziarah kepada beliau adalah perbuatan yang tidak di ridhai oleh Imam Shadiq As sebagaimana perbuatan ini juga tidak di ridhai oleh nabi pada masa hidup beliau. Naik ke atas atap di mana nabi terlihat dengan perbuatan tersebut adalah tidak di benarkan bahkan pada sebagian kondisi bisa menyebabkan seseorang menjadi buta.
Lembaga ilmiah al-monji
بازديد امروز : 7370
بازديد ديروز : 104560
بازديد کل : 134310990
|